Lebak – kemajuanrakyat.id-Warga Kampung Citeureup, Desa Rahong, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, kembali menyoroti kondisi jalan poros desa yang rusak parah dan tak kunjung diperbaiki meski telah berlangsung lebih dari delapan tahun. Akses vital yang menghubungkan berbagai titik aktivitas warga ini kini menjadi hambatan utama mobilitas masyarakat.
Kerusakan jalan terlihat jelas saat dilakukan peninjauan di lokasi. Permukaan jalan poros dipenuhi lubang besar, batu tajam, serta bagian yang amblas dan tidak rata, sehingga menyulitkan kendaraan melintas. Kondisi tersebut semakin memperburuk situasi ketika musim hujan tiba.
Kondisi jalan yang memprihatinkan memantik tindakan simbolik dari pemuda setempat, sejumlah pemuda melakukan aksi dengan menanam pohon pisang di titik-titik kerusakan jalan. Aksi ini dimaksudkan sebagai kritik sosial bagi pemerintahan yang dianggap kurang responsif terhadap kebutuhan infrastruktur dasar di daerah.
Fahruroji, salah seorang perwakilan pemuda Kampung Citeureup, mengatakan bahwa persoalan kerusakan jalan ini bukan hal baru dan sudah dialami warga dalam waktu yang cukup lama.
“Kerusakan jalan poros desa sudah berlangsung hampir delapan tahun. Namun sampai sekarang tidak ada penanganan berarti. Padahal jalan ini sangat penting bagi warga untuk melakukan aktivitas sehari-hari,” katanya Rabu, (24/12/2025).
Ia berharap aksi yang dilakukan bisa membuka perhatian pemerintah baik di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten untuk secepatnya menindaklanjuti aspirasi tersebut.
Warga juga mengeluhkan dampak langsung dari kondisi jalan. Seorang warga menyebutkan meningkatnya biaya transportasi akibat seringnya kendaraan terganggu saat melewati jalan rusak.
“Biaya transportasi meningkat karena kendaraan sering rusak. Saat musim hujan, jalan makin sulit dilalui dan berisiko tinggi. Anak sekolah dan warga yang membutuhkan layanan kesehatan sering kali terhambat,” tandasnya.
Mereka berharap pemerintah turun langsung untuk melihat kondisi jalan sekaligus segera merencanakan perbaikan secara menyeluruh, bukan hanya perbaikan sementara.
Fahruroji menegaskan bahwa aksi yang dilakukan pemuda dan masyarakat bersifat damai dan tidak mengganggu ketertiban umum. Mereka hanya ingin suara warga didengar dan ditindaklanjuti.
“Ini aksi damai sebagai bentuk penyampaian aspirasi. Kita berharap pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan menjadi prioritas pemerintah,” tegasnya.
Warga mencatat bahwa jalan poros desa yang rusak tidak hanya menghambat mobilitas masyarakat, tetapi juga berdampak pada perekonomian lokal, distribusi hasil pertanian, serta akses pendidikan.
(Yuyi Rohmatunisa)














Komentar