oleh

Milad ke-59 Kohati, Saatnya Evaluasi Bukan Sekadar Seremoni

Serang– kemajuanrakyat.id-Memasuki usia ke-59, Korps HMI-Wati (Kohati) dihadapkan pada tantangan untuk kembali meneguhkan identitasnya sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan muslimah. Usia hampir enam dekade ini dinilai bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan momentum untuk melakukan refleksi atas perjalanan panjang organisasi dalam membentuk muslimah berkualitas insan cita.

Hal tersebut disampaikan Ana Ainun Musyarofah, kader Kohati, dalam catatan reflektifnya menyambut Milad Kohati ke-59. Menurutnya, cita-cita awal pembentukan Kohati sebagai tempat lahirnya kader muslimah yang beriman, berilmu, berdaya, dan berakhlak mulia harus terus dikawal agar tidak sekadar menjadi jargon.

“Kohati diproyeksikan bukan hanya sebagai bagian dari gerakan intelektual, tetapi juga sebagai teladan di tengah masyarakat. Namun hari ini, tidak sedikit kader yang terjebak dalam gerakan simbolik atau seremonial yang kurang substansial,” ujar Ana. Kamis, (18/9/2025).

Ia menilai, kaderisasi merupakan jantung organisasi yang harus dijaga konsistensinya melalui forum intelektual, diskusi keislaman, dan pelatihan kepemimpinan. Tanpa itu, kata dia, sulit bagi Kohati melahirkan muslimah yang kokoh secara intelektual dan spiritual.

Selain kaderisasi, tantangan lain yang dihadapi Kohati adalah persoalan pemberdayaan perempuan. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, Ana menyebutkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia baru mencapai 54,42%, masih jauh tertinggal dibanding laki-laki yang mencapai 82,41%.

“Angka ini menunjukkan masih adanya kesenjangan besar di ruang publik, termasuk dalam bidang ekonomi dan kepemimpinan. Kohati harus hadir dengan program pemberdayaan yang konkret dan kontekstual,” tegasnya.

Ana juga menyoroti pentingnya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah gerak organisasi. Ia mempertanyakan, apakah Kohati hari ini masih berada dalam koridor cita-cita awalnya atau justru mulai kehilangan arah.

“Kritik bukan untuk melemahkan, tapi sebagai panggilan untuk kembali ke jati diri Kohati. Kita harus berani memastikan masa depan organisasi lebih kuat dan relevan,” katanya.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed