Serang– kemajuanrakyat.id-Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Serang mendorong pondok pesantren menjadi pelopor dalam penguatan ekoteologi dan transformasi pendidikan berbasis digital sebagai bagian dari rencana strategis (Renstra) 2025–2029.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag Kabupaten Serang, Dr. Titin Perihatini, S.Ag., M.Pd., menyampaikan bahwa penguatan nilai-nilai keagamaan yang terintegrasi dengan pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas Kemenag dalam agenda Asta Prota (Delapan Program Prioritas).
“Pondok pesantren harus menjadi garda depan dalam penguatan ekoteologi. Ini bisa dimulai dari kegiatan sederhana seperti menanam pohon, pelatihan menjaga lingkungan bagi santri, hingga penerapan konsep green building di lingkungan pesantren dan madrasah,” ujarnya kepada wartawan. Rabu, (27/8/2025).
Ia menegaskan bahwa program ini tidak hanya berlaku di lingkungan pesantren, tetapi juga di Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), serta masyarakat luas melalui keterlibatan tokoh agama dan warga sekitar.
Selain ekoteologi, Kemenag Serang juga mendorong kurikulum berbasis cinta sebagai pendekatan baru dalam pendidikan keagamaan. Menurutnya, pendekatan ini bertujuan menciptakan suasana belajar yang penuh kasih, damai dan harmonis, tidak hanya di pesantren tetapi juga di masyarakat.
“Kurikulum berbasis cinta penting untuk memperkuat kerukunan antarumat dan menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga memiliki empati dan kepedulian sosial,” jelasnya.
Dalam hal transformasi digital, Dr. Titin mengungkapkan bahwa perizinan pondok pesantren di Kabupaten Serang kini sepenuhnya berbasis daring (online) sejak 2018 hingga saat ini, dari total 1.584 lembaga yang terdaftar, sebanyak 750 pesantren telah terdigitalisasi dan terintegrasi melalui Education Management Information System (EMIS).
“Digitalisasi penting untuk validasi dan pemantauan pesantren, termasuk dalam penanganan kasus darurat seperti kekerasan. Dari sistem EMIS, kita bisa mengetahui pondok mana yang telah berizin atau belum,” ungkapnya.
Namun demikian, ia mengakui masih banyak pesantren yang belum sepenuhnya mampu mengoperasikan sistem digital karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM), khususnya operator IT.
Titin menekankan perlunya peningkatan kapasitas SDM di lingkungan pondok pesantren, tidak hanya dalam hal teknologi tetapi juga dalam manajemen dan kepemimpinan. Ia mendorong adanya pelatihan operator serta pelibatan orang tua santri dalam proses pendidikan melalui pertemuan daring rutin.
“Transformasi digital dan kemandirian pesantren tidak bisa lepas dari penguatan SDM. Operator pondok pesantren harus dibekali keterampilan IT agar bisa mendukung proses pendidikan yang aman, nyaman, ramah lingkungan dan ramah anak,” tegasnya.
Ia program-program strategis bisa menjadi kontribusi nyata Kemenag dalam meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan sosial di Indonesia, serta menjadikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul secara keagamaan, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.
“Kita ingin pesantren yang ramah, mandiri dan mendunia. Ini bukan sekadar cita-cita, tapi langkah nyata melalui integrasi nilai agama, lingkungan, teknologi, dan cinta,” pungkasnya.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar