oleh

Jalan Terjal dan Berliku Akhyar Nasution Dipilkada Kota Medan

Catatan: Drs Suwandi Purba

Pada awalnya Pilkada Kota Medan santer diprediksi bakal diikuti calon tunggal vs kotak kosong. Sebuah prediksi yang cukup masuk akal.Soalnya kemunculan keluarga istana, sang menantu Presiden RI, Bobby Nasution sebagai calon wali kota langsung mengubah drastis peta politik di kota Medan .

Sebuah fenomena politik baru terjadi. Jika lazimnya kontestasi Pilkada dijadikan ajang mempromosikan kader untuk meraih kekuasaan, kali ini itu tak terjadi. Partai-partai politik peraih kursi di DPRD Medan berlomba-lomba menawarkan wakil bukannya mempromosikan kadernya untuk calon wali kota.

Sepertinya hampir seluruh partai tengah mempersiapkan “karpet merah” bagi suami Kahiyang, putri semata wayang Presiden Jokowi. Nyaris suhu politik adem ayem. Semuanya berlomba menawarkan diri jadi wakilnya Bobby yang tergolong hijau di politik dan masih belia berusia 28 tahun di awal pencalonan.

Tokoh muda berkharisma, peraih suara terbesar di Pileg 2019, kader Gerindra yang tengah menjabat Wakil Ketua DPRD Medan Ihwan Ritonga pun meredup namanya. Padahal, sebagian besar kader partainya bahkan masyarakat Medan mengharapkannya maju calon wali kota .

Yang “mengembang” justru nama Aulia Rahman kader Gerindra yang baru duduk di legislatif untuk posisi wakil wali kota. Belakangan diketahui Aulia Rahman adalah sahabat dekat Bobby Nst dan menyingkirkan 7 atau 8 nama kandidat wakil pendamping anak dari mantan Dirut PTPN IV

.Z O L I M

Upaya menggolkan calon tunggal mendapat perlawanan dari Akhyar Nasution kader PDIP berstatus Pelaksana Tugas Wali Kota. Ia berani tampil meski sangat faham akan berhadapan dengan jalan terjal dan berliku yang bisa membahayakan diri dan keluarga bahkan kelompoknya

Di awal 2020, Akhyar mendapat “pesan” dari elit untuk tidak maju. Kompensasi jabatan akan disediakan. Anak Medan asli ini tak goyah sedikit pun. Ia tak ingin semuanya “manggut” mengikuti titah elitis.

Akhyar ingin mewakafkan diri karena tak ikhlas kota kelahirannya akan diserahkan kepada orang yang masih mau coba-coba. Akibat perlawanan Akhyar, ia tak bisa optimal menggerakkan OPD dan stafnya. Internal Pemko mulai eselon II, camat, lurah hingga Kepling sebagian “menjauh” .

Akhyar juga diuji mentalnya ketika ia harus menghadiri panggilan Poldasu untuk penggunaan anggaran MTQ. Pihak kejaksaan juga melakukan pemeriksaan penggunaan dana Covid 19.

Di samping itu, Akhyar harus menerima kenyataan pahit lainnya. Ia dipecat dari partainya.

Bahkan sang Guru Kader Utama ini dicemooh dan direndahkan oleh elit PDIP. Plt Ketua DPD PDIP Djarot dan Sekjen Hasto secara vulgar menyebut Akhyar bagian dari Eldin dan terkait kasus anggaran MTQ.

Bahkan Ketum Ibu Mega menyebut Akhyar tak berprestasi dan ngamuk karena gak direkom. Sebuah tudingan yang hingga kini masih menjadi tanda tanya karena tak bisa dibuktikan kapan dan dimana Akhyar ngamuk karena tak direkom.

AIR MENGALIR

Dipecat partainya membuat perjalanan pencalonan Akhyar bagaikan “Mission Imposible”. Ktika sinyal dari partainya semakin menjauh, Akhyar semula mendapat sinyal kuat dukungan dari PD dan PAN.

Ia bahkan pada April 2020 sempat menghadap ke DPP PAN di Jakarta setelah DPC dan DPD PAN “merestui” atau “merekomendasikan” Akhyar untuk didukung DPP sebagai calon wali kota Namun, dukungan itu kandas. Selang beberapa hari setelah kedatangan Akhyar ke DPP, Bobby Nst juga berkunjung dan Ketum Zulhas langsung menegaskan sinyal dukungan buat kerabat Istana.

Ibarat air mengalir, begitulah Akhyar ketika menemui jalan buntu hanya bisa pasrah menunggu ikhtiar lain.Beruntung PD konsisten dalam perjuangannya mempertahankan demokrasi di Pilkada Medan 2020.

Ketua DPD PD Sumut Herri Zulkarnain tegas menyatakan akan terus berjuang agar Pilkada Medan tidak calon tunggal. PD yang justru aktif mendekati PKS untuk berkoalisi mendukung Akhyar.

Meski PKS tak ikut dalam barisan pendukung pemerintah, namun bukan pula semudah itu serta merta memberikan dukungan kepada Akhyar .Partai ini ingin melihat komitmen Akhyar dalam membangun Kota Medan sembari terus mengikuti perkembangan dinamika politik yang terjadi .

Hingga akhirnya ketika PKS telah meyakini penuh bahwa visi misi Akhyar sesuai pula dengan visi misi PKS maka partai ini resmi mengusung Akhyar-Salman.

KOALISI RAKYAT

Sesungguhnya perjalanan pencalonan Akhyar adalah perjalanan perjuangan kerakyatan. Ia maju seperti air mengalir, kadang berputar, kadang mengalir deras, kadang harus diam menunggu alam menggerakkannya lagi

Praktis ia berfikir sendiri dibantu teman dan orang-orang yang punya fikiran tak ingin dipimpin calon “coba-coba”. Ia tak menggunakan jasa konsultan politik karena tak punya kapital untuk itu.

Meski begitu, jangan pandang enteng karena sesungguhnya anak Medan ini punya banyak sosok yang tak kalah dengan kualitas konsultan ternama itu Terkadang, suara alamiah kerakyatan itu lebih tajam dari analisis konsultan politik.

Tak ada dikonsep, tiba-tiba sejumlah tokoh menyuarakan dukungannya mulai dari kader PDIP, akademisi Shohibul, Wara Sinuhaji, Rajamin Sirait, tokoh senior Golkar CP Nainggolan dan banyak tokoh lainnya.

Sumbangsih fikiran dari teman, simpatisan itulah yang mengiringi Akhyar selama ini.

Mungkin karena beranjak dari ketulusan, sumbangsih pemikiran itu akhirnya sampai juga menghantarkan Akhyar Salman di tahapan pendaftaran dan telah dinyatakan KPU Medan memenuhi syarat.

Sesuatu yang nyaris tak masuk akal. Akhyar itu dengan beragam dinamika pencalonannya sejujurnya tak memiliki tim pemenangan hingga tgl 3 September 2020. Tak seorang pun yang menjadi perwakilan Akhyar sebelum tgl 3 tersebut .

Dalam pertemuan kecil yang tak lebih dari 30 orang, PKS-PD dan utusan relawan membentuk Tim Pemenangan AMAN diketuai Ibrahim Tarigan.

Dibentuk 3 September, Tim Pemenangan bermusyawarah perlu melakukan deklarasi Pasangan AMAN pada 4 September bertempat di sekretariat sementara Jln Sei Batang Hari.

Deklarasi dadakan meski telah diwanti-wanti untuk tidak menghadirkan massa lebih dari 200 perwakilan, pada kenyataan mendapat antusias publik.

Sekitar 500 an massa ikut menyaksikan deklarasi yang berlangsung penuh suasana kesederhanaan dan kerakyatan. Esoknya 5 September antusias warga Medan juga tak terbendung ikut mengantarkan Pasangan AMAN mendaftar di KPU Medan.

Bahkan saat menjelang berangkat dari titik nol kota Medan di depan Kantor Pos Besar Lapangan Merdeka sejumlah tokoh ikut berorasi mendukung Akhyar Salman.

Jalan kerakyatan berlanjut , Minggu 6 September Akhyar bersilaturahmi makan bersama ala kerakyatan bersama 300-an perwakilan relawan .

Jalan Ke depan Pasangan AMAN yang didukung PD-PKS-Koalisi Rakyat untuk sosialisasi hingga hari H pencoblosan 9 Desember adakah jalan-jalan kerakyatan.

Antusias dan semangat berkawan Anak Medan adalah kunci melawan kuatnya pengaruh kekuasaan dan kapital di Pilkada Medan.[red]

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed