Kota Serang – kemajuanrakyat.id-Kawasan Royal di jantung Kota Serang dulunya merupakan pusat aktivitas sosial, budaya dan ekonomi yang sarat nilai sejarah. Berdiri sejak masa kolonial Belanda, Royal tidak hanya menjadi kawasan perdagangan yang ramai, tetapi juga tempat bermukim komunitas Tionghoa yang turut membentuk denyut kehidupan kota.
Di masa jayanya, kawasan ini dikenal dengan bioskop legendarisnya yang menjadi pusat hiburan rakyat. Mulai dari pemutaran film dalam dan luar negeri, ketoprak, hingga tari tradisional, semua dapat dinikmati dengan harga tiket terjangkau. Meski fasilitasnya sederhana tanpa pendingin ruangan dan masih menggunakan alat pemutar tradisional bioskop Merdeka dikawasan Royal selalu dipadati penonton dari berbagai kalangan, termasuk pelajar.
“Meski ekonomi sulit waktu itu, kita tetap semangat menonton. Kadang anak-anak suka menyelinap masuk agar tak perlu beli tiket,” kenang, seorang warga yang tumbuh besar di kawasan Royal. Kamis, (2/10/2025).
Namun kejayaan itu perlahan menghilang. Sekitar tahun 1997, bioskop Merdeka resmi tutup. Bangunannya pun lenyap tanpa jejak. Kini, kawasan tersebut telah berubah total. Tidak ada lagi tanda-tanda fisik yang menunjukkan bekas pusat hiburan itu. Seperti halnya Kodim Serang yang kini menjadi pusat perbelanjaan Ramayana, bangunan bersejarah di Royal pun kalah oleh roda pembangunan.
“Para seniman dan budayawan sudah pasrah. Kami kalah oleh kebijakan kekuasaan,” ujar seorang pelaku seni lokal yang enggan disebut namanya.
Tak jauh dari Royal, kawasan Pasar Lama pernah memiliki bioskop Pelita dan arena biliar. Jejak bangunan bioskop Pelita masih ada, meski tak lagi difungsikan. Sementara itu, Serang Plaza Bioskop menjadi pilihan yang lebih modern dengan fasilitas AC dan kursi lipat otomatis. Harga tiketnya pun lebih tinggi, sehingga lebih identik dengan kalangan muda-mudi yang ingin menonton dalam suasana nyaman.
Beberapa kilometer dari pusat kota, di kawasan Kedalingan dekat pemakaman dan kantor PDAM Kabupaten Serang, berdiri bioskop Dewi. Sayangnya, peminatnya tak sebanyak bioskop lainnya.
Kehadiran sejumlah bioskop tempo dulu ini tak lepas dari kontribusi warga Tionghoa yang dahulu datang ke Serang. Mereka tidak hanya berdagang, tapi juga menghadirkan hiburan dan budaya bagi masyarakat lokal. Meski sebagian dari mereka telah kembali ke Tiongkok, sebagian lainnya tetap tinggal dan meneruskan warisan leluhur di tanah Banten.
Kini, sejarah kejayaan itu tinggal cerita. Bangunan telah berubah, dan hanya ingatan warga yang masih menyimpan kenangan tentang Royal tempat di mana hiburan dan budaya pernah hidup berdampingan.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar