Kota Serang— kemajuanrakyat.id-Pemerintah Kota Serang kembali menggulirkan wacana menjadikan kawasan Royal sebagai pusat wisata seperti kawasan Malioboro di Yogyakarta. Namun, hingga kini, belum terlihat konsep yang konkret, apalagi progres signifikan. Kawasan Tamansari dan Royal tetap kumuh dari masa ke masa, berganti wali kota pun persoalan tidak kunjung tuntas.
Ketua Lembaga Studi Strategi dan Analisis Krisis (LSSAK), dari Yayasan Revolusi Moral, menilai bahwa penataan kawasan Royal dan Tamansari harus berbasis konsep jangka panjang yang matang, bukan sekadar proyek tahunan yang menghabiskan anggaran.
“Kota Serang membutuhkan perencanaan yang serius dan terintegrasi, bukan tambal sulam. Pembangunan Tamansari yang sekarang justru jadi tempat dagang, lalu dibongkar dan dibangun lagi, begitu terus. Anggaran habis, tapi perubahan tak terlihat,” ujarnya kepada wartawan Kamis, (2/10/2025).
Taman Sari Jadi Pusat Wisata dan Edukasi
LSSAK mengusulkan agar kawasan Tamansari difungsikan ulang sebagai taman kota seperti masa kolonial Belanda, lengkap dengan bunga dan ruang terbuka hijau. Patung di tengah taman, yang kini mati suri, bisa dibongkar dan diganti dengan gedung lima lantai diatasnya berbentuk globe raksasa sebagai ikon Kota Serang.
Gedung tersebut diberi nama Banten Youth Center, yang diharapkan menjadi pusat informasi dan edukasi untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Lantai satu bisa difungsikan untuk seniman dan UMKM, menampilkan karya lukis, patung dan oleh-oleh khas Banten. Lantai dua untuk teater rakyat dan perpustakaan sejarah, lantai tiga sebagai ruang edukasi politik, lantai empat taman bermain anak dan ruang tunggu, dan lantai lima untuk bioskop mini dalam globe yang memutar film-film dokumenter positif dari seluruh dunia.
“Bioskop itu bisa bekerja sama dengan kedutaan besar berbagai negara, menayangkan film edukatif karya anak muda global. Tujuannya agar generasi muda Banten lebih semangat dan tidak terjerumus ke hal negatif seperti narkoba atau kenakalan remaja,” tambahnya.
Royal Jadi Sentral Bisnis, Didukung Infrastruktur Bawah Tanah
Untuk kawasan Royal sendiri, LSSAK mengusulkan penataan lalu lintas dan parkir melalui pembangunan jalur bawah tanah dari Tamansari hingga Cimuncang gudang garam, Cimuncang Sukamanah, cilik, secang dan tembus ke Pasar Rau. Jalur ini akan mencakup parkir, lorong pejalan kaki, serta ruang kuliner dan UMKM yang tertata rapi.
Karena kontur wilayah Cimuncang yang lebih tinggi dari aliran sungai, banjir bisa dicegah dengan sistem drainase modern seperti Kali Banten yang mengalir di bawah permukaan.
“Kalau dibangun seperti ini, Royal akan hidup, lalu lintas lancar, tidak kumuh dan PAD (Pendapatan Asli Daerah) meningkat. Tapi ini harus ada investor, jangan hanya mengandalkan APBD. Bisa pakai CSR perusahaan besar seperti Krakatau Steel untuk bantu struktur bangunan,” jelas Ketua LSSAK.
Daya Tarik Wisata dan Ekonomi Kreatif
Di luar bangunan utama, kawasan Tamansari akan dilengkapi sarana wisata transportasi seperti delman tradisional, becak, sepeda ontel, hingga bajaj. Semua ditata rapi dan bersih, tidak kumuh.
Wisatawan asing juga akan dibuatkan sertifikat kunjungan ke Kota Serang, setelah mengunjungi Banten Youth Center dan situs-situs sejarah lainnya seperti Banten Lama, Tasikardi, Benteng Speelwijk, hingga Pulo Burung. Mereka akan didampingi guide profesional yang menguasai bahasa asing dan sejarah Banten.
Konsep Lama yang Pernah Ditolak
Menariknya, konsep ini ternyata sudah pernah diajukan sejak tahun 2001 oleh LSSAK saat Serang masih menjadi bagian dari Kabupaten. Namun, proposal tersebut tidak pernah digubris.
“Dulu proposal ini dianggap ide kaum kiri, padahal kami berpikir demi generasi muda masa depan. Ironisnya, sebagian konsep pernah dijiplak, tapi tidak dijalankan sesuai gagasan aslinya. Tanpa pemahaman dan presentasi dari penggagas, hasilnya jadi tidak maksimal,” tegasnya.
LSSAK menegaskan bahwa penataan Royal dan Tamansari bukan sekadar mempercantik kota, tetapi bagian dari menciptakan ekosistem edukasi, budaya, ekonomi kreatif, dan pariwisata yang berkelanjutan.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar