Kota Serang – kemajuanrakyat.id-Program Makan Bergizi (MBG) dari pemerintah mendapat tanggapan beragam dari kalangan pondok pesantren. Salah satunya datang dari Pengasuh Pondok Pesantren Al Mubarok, Drs. KH. Mahmudi, yang menilai program masih perlu dievaluasi dari segi pelaksanaan dan pemerataan distribusinya.
Ia menyebut bahwa banyak dapur MBG di Kota Serang yang belum beroperasi optimal, termasuk di lingkungan Ponpes Al Mubarok sendiri.
“Kalau di Serang ini banyak dapur MBG, tapi kelihatannya ada yang macet, termasuk di Al Mubarok juga, sekitar 50 persen bangunan belum selesai,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (1/10/2025).
Ponpes Al Mubarok sendiri hingga saat ini belum menerima manfaat dari program MBG. Menurut KH. Mahmudi, ada sejumlah pertimbangan yang membuat pihaknya belum mengakses bantuan tersebut. Salah satunya karena proses pembangunan dapur yang masih berjalan, serta adanya pro dan kontra dari wali santri.
“Memang ada yang menawarkan, tapi karena kita sedang membangun dapur sendiri, jadi belum ambil. Lagi pula ada wali santri yang menyarankan jangan ambil MBG, ada juga yang membolehkan. Kita sudah ada catering, dan selama 28 tahun tidak pernah ada kasus keracunan meski santri kita sampai seribu orang,” tuturnya.
Ia juga menyoroti porsi makanan MBG yang dinilai sebagian santri kurang mengenyangkan. “Anak santri dari ponpes lain cerita, kalau makan MBG jam 10, jam 12 sudah lapar lagi. Katanya porsinya sedikit seperti makan di rumah sakit,” jelasnya.
Ia menambahkan, jika MBG akan diterapkan di Al Mubarok, perlu ada kesepakatan dengan orang tua santri. “Kalau orang tuanya setuju, bisa saja dikurangi biaya catering atau SPP. Tapi kalau dianggap MBG hanya makanan tambahan, ya biaya sekolah tidak dikurangi,” katanya.
KH. Mahmudi menilai distribusi manfaat MBG saat ini belum merata dan cenderung dinikmati kalangan mampu di perkotaan. Ia menyarankan agar pemerintah memperluas cakupan ke wilayah pelosok.
“Yang dapat justru orang-orang kaya di kota, sedangkan di kampung belum. Katanya anggaran MBG Rp.71 triliun, tapi baru terserap Rp.21 triliun. Itu bisa dialihkan untuk di kampung – kampung,” tegasnya.
Ia juga berharap media dapat menyajikan pemberitaan MBG secara seimbang. “Kalau bisa, informasi MBG itu dimuat juga yang positif dan negatif, jangan hanya yang bagus-bagus saja,” pungkasnya.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar