Serang, Kemajuanrakyat.Id-Suasana Rabu malam (14/5/2025) di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara (RSDP) Kabupaten Serang terlihat lebih sibuk dari biasanya. Tepat pukul 22.15 WIB, sebuah mobil membawa seorang pasien yang membutuhkan tindakan medis segera. Petugas keamanan sigap membantu menurunkan pasien dengan menggunakan bed dorong, langsung diarahkan ke ruang pertolongan pertama.
Setelah menjalani pemeriksaan awal oleh dokter jaga IGD, pasien dipindahkan ke ruang observasi untuk penanganan lebih lanjut, termasuk pengambilan sampel darah guna keperluan laboratorium. Keluarga yang menyertai turut diminta mengisi data dan menandatangani persetujuan tindakan medis, termasuk rencana operasi darurat yang dijadwalkan dini hari.
Namun, ruang inap sesuai kelas BPJS pasien saat itu masih penuh. Suster memberi penjelasan bahwa pasien dapat dititipkan sementara, atau menunggu hingga kamar sesuai tersedia. Sementara dokter dan ruang operasi telah siap, tindakan operasi akhirnya baru dilakukan pukul 09.00 pagi setelah pasien menjalani observasi selama beberapa jam.
Operasi berjalan lancar hingga selesai pukul 11.00. Pasien kemudian dibawa ke ruang Melati untuk pemulihan sebelum dipindahkan ke ruang Dahlia pada malam harinya, setelah kamar yang sesuai tersedia. Sepanjang proses perawatan hingga tanggal 18 Mei, pihak keluarga menilai pelayanan medis dari dokter, perawat, hingga petugas keamanan sangat baik.
“Dokternya rutin kontrol, perawat juga cepat tanggap kalau infus habis. Petugas keamanan pun rajin mengingatkan soal barang berharga. Kami sangat terbantu,” ujar salah satu anggota keluarga pasien.
Namun, pengalaman berbeda terjadi saat orang tua pasien hendak menjenguk, Jum”at (16/5/2025) siang. Karena keterbatasan akses masuk, penunggu pasien tidak diperbolehkan mengantar ke ruang inap. Petugas keamanan menyebut hanya dua orang yang boleh masuk, tanpa menjelaskan bahwa penunggu pasien memiliki peran penting sebagai pendamping.
“Orang tua kami bingung mencari kamar, karena ini pertama kali mereka datang ke rumah sakit. Kami harap ini bisa jadi bahan evaluasi. Harusnya hal kecil begini bisa lebih dimudahkan, bukan dipersulit,” ujar keluarga.
Menurut mereka, kebijakan keamanan perlu disampaikan secara lebih humanis dan fleksibel, agar pengunjung merasa terbantu, bukan malah bingung.
“Kami paham aturan, tapi kadang perlu juga pemahaman situasional. Jangan sampai niat baik menjenguk malah terasa menyulitkan,” tambahnya.
Peristiwa ini diharapkan menjadi cermin untuk terus memperbaiki pelayanan nonmedis, tanpa mengabaikan aspek keamanan dan kenyamanan pengunjung rumah sakit.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar