oleh

Pancuran Mas Warisan Leluhur yang Harus Dijaga, Bukan Dirusak

Kota Serang, Kemajuanrakyat.Id-Pancuran Mas, sebuah situs mata air yang berada di kawasan adat di wilayah Banten letaknya di Kelurahan Tembong, Cipocok Jaya, Kota Serang kini kembali menjadi perhatian warga baduy. Lokasi yang menyimpan sejarah panjang ini, dulunya sempat ditinggalkan masyarakat baduy karena akses yang sulit, namun kini diingatkan kembali agar tidak dilupakan, apalagi dirusak.

Menurut keterangan Jaro Panunggangan 12, Pancuran Mas bukan sekadar mata air, tetapi juga situs keramat yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi. Dalam budaya masyarakat Baduy, tempat ini dikenal dengan sebutan “Cilarangan”, yang berarti tempat yang tidak boleh dibuka atau dibongkar sembarangan. Larangan ini bukan tanpa alasan, karena situs tersebut diyakini sebagai bagian dari warisan leluhur yang sakral.

“Larangan itu bukan sekadar aturan biasa. Itu adalah titipan leluhur yang harus dihormati. Kita harus merawat, mendoakan dan melestarikannya. Kalau tidak, kita bisa kehilangan warisan paling berharga dari sejarah kita,” ujar salah satu tokoh adat kepada wartawan Minggu, (4/5/2025).

Pancuran Mas memiliki kaitan erat dengan kisah para leluhur Baduy yang dahulu melakukan perjalanan spiritual dan ritual di kawasan tersebut. Mereka membawa bekal doa dan keyakinan, dengan harapan agar masyarakat menjadi mahir dalam berbagai hal baik mahir dalam ekonomi, mahir dalam bertahan hidup dan terutama mahir dalam menjaga perdamaian.

“Jangan sampai tempat ini dijadikan lapangan kosong. Harus ditanami, dihijaukan. Jangan pakai alat berat karena itu bisa mengganggu keseimbangan alam dan spiritual di tempat ini,” tambahnya.

Dalam narasi yang disampaikan warga, ada pula kisah mengenai asal-usul sebutan “Ci Banten” yang dikaitkan dengan rombongan orang tujuh yang datang ke wilayah Banten dengan membawa niat baik dan melakukan ritual selamatan untuk membuka kawasan menjadi “kota melati”. Namun niat tersebut tak jadi dilaksanakan karena mendapat ‘saba kingking’, semacam isyarat dari alam gaib, yang dipercaya sebagai penolakan dari roh leluhur yang menjaga kawasan tersebut.

Saba Kingking sendiri dipercaya sebagai kawasan hutan angker yang penuh misteri. Konon, orang-orang yang masuk kesana bisa melihat penampakan gaib atau mengalami hal-hal di luar nalar. Tempat ini baru bisa dijangkau dan didamaikan setelah kedatangan Jaro Pananggungan 12, tokoh adat yang dipercaya mampu bernegosiasi dengan penjaga gaib kawasan tersebut.

Warga Baduy dan tokoh adat kini berharap agar pemerintah, pengelola dan masyarakat umum ikut serta menjaga kelestarian Pancuran Mas. Mereka menolak penggunaan alat berat dalam pengelolaan wilayah ini dan mengusulkan agar segala aktivitas dilakukan secara manual menggunakan cangkul, demi menjaga keseimbangan alam dan spiritual tempat tersebut.

“Pesan kami kepada Abah Gede ( Gubernur) Banten selaku pemerintah, tolong jaga Pancuran Mas seperti dulu. Ini bukan sekadar tempat biasa. Ini situs warisan, tempat sakral yang harus dijaga bersama-sama,” pungkasnya.

Dengan pesan kuat dari para tetua adat dan warga Baduy, Pancuran Mas kini kembali diingatkan kepada generasi muda jangan hanya dijaga dengan tangan, tetapi juga dengan hati.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed