Nusa Dua, Bali -kemajuanrakyat.id-Ketua Umum PDI Perjuangan, Prof. Dr. (HC) Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, M.T secara resmi membuka dan sekaligus menutup Kongres VI PDI Perjuangan yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Sabtu (2/8/2025). Dalam pidato politik yang sarat refleksi sejarah dan ideologis, Megawati menegaskan pentingnya kembali kepada nilai-nilai perjuangan Bung Karno: kebenaran, keberanian, dan kesetiaan pada rakyat.
Kongres ini mengukuhkan Megawati untuk kembali memimpin partai berlambang banteng itu hingga 2030. Dalam pidatonya, Megawati menegaskan bahwa kepemimpinan bukanlah soal kekuasaan, melainkan amanah sejarah. “Kepercayaan itu bukan kehormatan pribadi, tapi beban sejarah,” ujarnya dengan lantang di hadapan ribuan kader.
Tema kongres “Satyam Eva Jayate” atau Kebenaran Pasti Menang menjadi benang merah pidato Megawati. Ia menyerukan agar seluruh kader PDI Perjuangan menjadi pelopor ideologis, bukan hanya organisatoris.
“Saya tidak butuh kader pandai beretorika. Saya butuh yang mau turun ke bawah, menyatu dengan rakyat, menegakkan ideologi partai,” katanya tegas.
Megawati juga menyampaikan duka cita atas wafatnya tokoh senior PDI, Kwiek Gian Gie, dan kader Bali Jabagus Bisna. Dalam suasana khidmat, ia mengajak seluruh peserta kongres menundukkan kepala dan mendoakan para tokoh yang telah wafat sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan mereka.
Warisan Bung Karno dan Tantangan Global
Pidato politik Megawati juga memuat refleksi mendalam terhadap situasi geopolitik internasional. Ia menyoroti ketegangan global seperti konflik Israel-Iran, blokade Selat Hormuz, krisis di Asia Timur, hingga ancaman ketidakadilan dalam sistem hukum nasional.
“Dunia tidak sedang baik-baik saja. Tapi musuh paling berbahaya justru adalah diri kita sendiri yang sudah terlalu nyaman,” ujarnya. Ia menyebut pentingnya perencanaan strategis menghadapi gejolak global, sekaligus memperingatkan agar Indonesia tak terjebak dalam perebutan kekuasaan yang mengabaikan moralitas.
Megawati mengutip pidato-pidato Bung Karno di forum internasional, seperti To Build The World Anew, sebagai cermin arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Ia menegaskan, kekuatan sejati bangsa bukan terletak pada senjata, melainkan nilai dan moral: “Kalau dunia sedang berguncang, Indonesia harus teguh pada jati dirinya.”
Disiplin Ideologi sebagai Jalan Perjuangan
Mengangkat kembali semangat partai pelopor yang pernah ditegaskan Bung Karno, Megawati menekankan lima disiplin utama bagi kader PDI Perjuangan disiplin ideologi, teori, gerakan, organisasi dan tindakan.
“Satunya kata dengan perbuatan adalah ciri pejuang sejati,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa PDI Perjuangan tidak akan menjadi oposisi atau bagian dari koalisi kekuasaan, tetapi bersikap sebagai penyeimbang ideologis berdasarkan konstitusi.
“Kita akan mendukung pemerintah yang pro rakyat, dan akan bersuara keras terhadap penyimpangan dari Pancasila.”
Megawati menyoroti peran generasi muda dan tantangan digital. Ia mengkritik kecenderungan anak-anak yang terisolasi secara sosial karena kecanduan gawai. Ia menyampaikan niatnya untuk membangun kurikulum kebangsaan dan sekolah-sekolah berbasis nilai spiritual dan kebudayaan.
Janji Kepada Bung Karno, Setia Pada Pancasila
Menutup pidato, Megawati menyerukan janji kepada Bung Karno, agar PDI Perjuangan terus menjadi penjaga ideologi Pancasila dan pelopor pembangunan yang berkeadilan sosial. Ia mengajak seluruh kader untuk “merapatkan barisan, menyatukan langkah, demi Indonesia Raya yang sejati-jatinya.”
“Apakah kalian mau dijajah kembali?” tanya Megawati, retoris namun menggugah. Ia mengingatkan bahwa hanya bangsa yang bersatu, disiplin, dan teguh membela kebenaran yang bisa menjaga kemerdekaan sejati.
Dengan pekik “Merdeka! Merdeka! Merdeka! Kebenaran pasti menang!” Megawati menutup Kongres VI PDI Perjuangan, menegaskan bahwa perjuangan ideologis partai tak boleh surut oleh gelombang zaman.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar