oleh

Embay Mulya Syarief, Generasi Muda Jangan Khianati Semangat Para Syuhada

Kota Serang– kemajuanrakyat.id-Tokoh Masyarakat Banten, H. Embay Mulya Syarief, menyampaikan pesan mendalam kepada generasi muda Indonesia agar tidak melupakan sejarah perjuangan kemerdekaan. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.

Embay menekankan bahwa bangsa Indonesia harus terus bersyukur atas kemerdekaan yang telah diraih melalui perjuangan panjang, bukan hadiah dari penjajah. Ia mengingatkan bahwa sebelum merdeka, Indonesia adalah bangsa yang tercerai-berai karena penjajahan dan politik adu domba.

“Kita harus sadar bahwa kemerdekaan ini hasil dari perjuangan para syuhada, bukan pemberian. Kita dulu terjajah karena tidak bersatu, dan setelah bersatu, baru kita berhasil merebut kemerdekaan,” ujarnya kepada wartawan Jum’at, (15/8/2025).

Menurut Embay, keunikan Indonesia sebagai negara yang terbentuk dari lebih dari 200 kerajaan, 700 bahasa daerah, ribuan suku, dan tersebar di 17.000 pulau, adalah bukti bahwa persatuan Indonesia adalah mukjizat yang tidak lepas dari campur tangan Tuhan.

Ia juga menyoroti pentingnya masyarakat, khususnya generasi muda, memahami sejarah dan menjaga warisan perjuangan. Ia menyesalkan adanya generasi yang kini menikmati kemerdekaan tanpa memahami betapa beratnya perjuangan merebutnya.

“Anak-anak muda sekarang harus tahu bahwa kita ini merdeka karena darah dan nyawa para pejuang. Jangan pernah khianati semangat itu,” tegasnya.

Secara khusus, ia menyinggung peran besar masyarakat Banten dalam sejarah perjuangan. Menurutnya, Banten menjadi satu-satunya wilayah yang pernah rata dengan tanah karena konsistensi rakyatnya dalam melawan penjajah tanpa kompromi.

“Banten dijuluki Al-Husyu’ Syuhada, karena heroisme rakyatnya luar biasa. Mereka tidak pernah berhenti melawan. Ini yang harus diingat dan dijaga,” tambahnya.

Embay juga menceritakan sejarah keluarganya yang sarat dengan perjuangan. Ayahnya adalah seorang santri yang menjadi prajurit dalam masa penjajahan, sebelum TNI resmi terbentuk. Ia bergabung dalam barisan pejuang di bawah komando KH. Sam’un, panglima perang Banten tahun 1940-an.

“Ayah saya tidak rela kalau keturunannya jadi penghianat bangsa. DNA kami adalah DNA pejuang,” tuturnya.

Sebagai generasi “jembatan”, ia merasa bertanggung jawab meneruskan nilai-nilai perjuangan kepada masyarakat dan keluarga. Dan mencontohkan bagaimana dirinya tetap berjuang tanpa pamrih saat ikut memperjuangkan terbentuknya Provinsi Banten, tanpa mengandalkan jabatan atau posisi untuk keluarganya.

“Tak satu pun anak saya jadi PNS meski saya bisa meminta. Saat saya dicalonkan jadi Wagub pun saya terpaksa karena diminta, bukan mengejar jabatan,” ucapnya sembari tersenyum.

Di akhir wawancara, Embay mengajak seluruh masyarakat untuk terus mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan menjaga semangat juang dan kebersamaan. Ia menyinggung keterlibatannya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat Tangerang terkait proyek PIK, yang berhasil mencegah relokasi desa dan pembongkaran pagar laut.

“Kemerdekaan ini mahal harganya. Kita harus terus menjaga dan melanjutkan perjuangan ini. Kalau masyarakat Banten sampai melupakan semangat juang, itu memalukan,” pungkasnya.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed