Kota Serang– kemajuanrakyat.id-Charles Indra, generasi ketiga dari keluarga pemilik Toko Sandjaya Royal menceritakan perjalanan panjang usaha keluarganya. Toko yang berdiri sejak tahun 1960 ini telah melewati berbagai fase naik-turun perekonomian, termasuk krisis 1998 hingga pandemi COVID-19.
Charles menjelaskan bahwa usaha toko ini pertama kali dirintis oleh kakeknya, Ong Siong Gie atau dikenal Sugiharto Ongkowidjaya. Setelah itu, dilanjutkan oleh ayahnya Ong Ceng San alias Johanes Petrus Sandjaya yang memiliki 7 bersaudara merupakan generasi kedua dari pengelola toko. Charles kini dipercaya untuk meneruskan roda usaha.
“Dulu Toko Sandjaya menjual berbagai macam produk, mulai dari kebutuhan rumah tangga, seragam sekolah, susu, hingga permen. Belakangan ini kita juga menambah lini kosmetik untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar,” kata Charles kepada wartawan Rabu, (1/10/2025).
Namun perjalanan usaha tidak selalu mulus. Toko Sandjaya sempat memiliki belasan karyawan dan membuka dua shift operasional. Kini, pasca pandemi COVID-19 dan dampak ekonomi yang terus melemah, toko hanya mampu mempertahankan lima karyawan dengan jam operasional yang lebih singkat.
“Saya bersyukur masih bisa bertahan hingga hari ini. Sekarang kondisi penjualan tidak menentu, omzet menurun sejak pandemi dan belum sepenuhnya pulih. Untuk bertahan saja kita terpaksa menjual aset dan menggunakan tabungan,” ujarnya.
Menurut Charles, efisiensi dan penghematan menjadi kunci utama untuk tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tekanan. Ia juga menyoroti persoalan pajak yang dirasa memberatkan pelaku usaha kecil.
“Usaha kecil seperti kita tetap harus bayar pajak. Apa-apa kena pajak. Padahal negara ini punya sumber daya alam melimpah seperti nikel, emas dan tembaga. Harusnya pemerintah lebih fokus mengoptimalkan potensi tambang sebagai sumber pendapatan negara, bukan membebani rakyat yang ekonominya sedang sulit,” tegas Charles.
Ia juga menyayangkan dominasi asing dalam pengelolaan tambang nasional. “Yang menikmati hasilnya siapa? Orang-orang besar, bukan rakyat. Harusnya hasil tambang bisa dikelola negara dan keuntungannya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat,” tambahnya.
Meski demikian, Charles tetap bersyukur usaha keluarga ini masih berjalan. “Yang penting toko masih buka, masih bisa makan dan bisa bantu karyawan. Kita jalan terus walaupun pelan, yang penting tidak berhenti,” pungkasnya.
Kalau Boleh Kasih Saran
Charles juga menyampaikan harapannya kepada Pemerintah Kota Serang. Ia menilai kawasan Royal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ruang publik yang lebih hidup dan menarik.
Sekarang ini lagi trend olahraga, banyak orang jalan kaki atau lari ngeloop di Alun-alun atau Kopassus. Kalau boleh kasih saran buat Pemkot atau Pak Wali Kota, mungkin kawasan Royal bisa dibuat jalur looping untuk jalan kaki, lari atau sepeda. Bisa jadi daya tarik juga,” katanya.
Charles menambahkan, konsep wisata yang memadukan warisan heritage dengan aktivitas jasmani bisa menjadi magnet baru bagi masyarakat dan wisatawan.
“Apalagi kalau bisa diperbanyak pohon atau dibuat kanopi biar adem. Soalnya Serang ini panas sekali,” ucapnya.
Bagi Charles, keberlanjutan usaha bukan hanya soal jual beli, tapi juga tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan mendukung gaya hidup aktif masyarakat kota.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar