Makkah,Kemajuanrakyat.Id-Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten, Prof. Dr. H. Wawan Wahyuddin, menyampaikan sejumlah usulan terkait peningkatan layanan jemaah haji Indonesia saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci. Salah satu gagasan utama yang mencuat mendukung upaya pemerintah yang akan membangun kampung haji di Arab Saudi.
Dan disela kegiatan ibadah haji tidak sengaja berpapasan dengan Jenderal TNI Dudung Abdurrahman di Makkah, Sabtu (31/5/2025).
Menurutnya, keberadaan kawasan khusus bagi jemaah Indonesia akan mempermudah pelayanan, pendampingan dan perlindungan bagi jemaah selama di Makkah dan Madinah.
“Kampung Haji bisa menjadi pusat informasi, kesehatan, hingga logistik, sekaligus memperkuat posisi diplomasi pelayanan ibadah haji” jelasnya.
Wawan juga menyoroti pelaksanaan niat ihram (miqat) dari Yalamlam yang selama ini dilakukan dari pesawat. Ia mengusulkan adanya opsi miqat melalui jalur darat atau laut dengan dukungan negara.
“Opsi model miqat yalamlam bagi jemaah dari Madinah bisa menjadi rujukan. Indonesia perlu mendorong adanya rute darat atau laut yang difasilitasi negara. Ini demi kenyamanan dan kekhusyukan jemaah,” ujarnya.
Turut menyoroti terbatasnya lembaga pendidikan Islam formal bagi WNI di Arab Saudi. Ia mengusulkan pendirian madrasah dan pesantren di bawah Kementerian Agama untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak diaspora dan sekaligus menjadi tempat praktik mahasiswa UIN.
“Selama ini hanya ada sekolah di bawah Dikbud. Kami berharap madrasah dari jenjang RA hingga MA juga hadir untuk melayani kebutuhan umat dan mendukung program PPL Fakultas Tarbiyah,” katanya.
Ia menilai bahwa peran Indonesia masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam tata kelola DAM dan hewan qurban. Ia mendorong kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi, termasuk Kemenag, Baznas dan BPJPH.
“Kalau Saudi bisa kelola, kita percayakan. Tapi kalau tidak, kita siap mengambil alih, terutama dalam hal pengolahan dan pendistribusian daging kurban ke Indonesia dan negara lain yang membutuhkan,” ujarnya.
Wawan menekankan bahwa haji harus menjadi momentum perbaikan, bukan hanya dalam aspek ibadah tapi juga dalam sistem dan pelayanan. Ia mengajak meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang membangun Ka’bah agar ibadah tidak tersesat, rela mengorbankan putranya, bahkan rela berpoligami dan tidak berselingkuh.
“Spirit haji harus menjadi napas dalam membangun tata kelola umat. Haji bukan hanya rukun kelima, tapi amanah peradaban,” ucapnya.
Selain itu juga, mengusulkan reformasi sistemik dalam pelaksanaan haji Indonesia. Dan mendorong penggunaan sistem multi-syirkah yang memungkinkan pengelolaan jemaah berbasis embarkasi, bukan lagi semata berbasis kloter.
Ia juga mengingatkan pentingnya penguasaan aplikasi digital seperti Nusuk. “Kalau sistem digital menjadi syarat, maka Indonesia tidak cukup hanya belajar menggunakannya. Kita harus mampu memproduksinya. Ini bagian dari kemandirian teknologi umat,” pungkasnya.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar