Kota Serang, Kemajuantakyat.Id-Tahun ini ritual Seba Baduy dirangkai dengan sejumlah kegiatan budaya dan spiritual, salah satunya adalah prosesi mumuluk ritual makan bersama antara pemimpin daerah dan warga Baduy yang akan dilaksanakan Sabtu pagi (3/5/2025) sekitar pukul 06.30 WIB di Pendopo Gubernur Banten.
Pelaksana di Bidang Kebudayaan, Seksi Sejarah dan Tradisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Lilih Rohilah, SE., MM., mengungkapkan bahwa makanan yang disiapkan bukan sembarang hidangan. Dua menu utama yang wajib disantap oleh pimpinan daerah adalah umbu pait dan laksa, dua kuliner tradisional yang sarat makna.
“Umbu pait itu seperti pare, tapi jauh lebih pahit. Biasanya diolah menjadi sayur lodeh. Sementara laksa adalah nasi fermentasi selama satu minggu, dikukus dan dicampur kelapa,” kata Lilih dalam wawancara, Jumat (2/5/2025).
Menurut kepercayaan warga Baduy, jika pemimpin memakan umbu pait dan laksa, maka seluruh warga akan menghormati dan menaati pemimpin tersebut. “Selain sebagai simbol ketaatan, umbu pait dipercaya bisa memperkuat otot kaki itulah kenapa warga Baduy kuat berjalan jauh,” tambahnya.
Tahun ini, sebanyak 1.666 warga Baduy tercatat hadir dalam Seba, ditambah pengemudi dan pendamping, total menjadi 1.753 orang yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Agenda budaya dimulai dari pagi hari dengan diskusi mitigasi bencana dan arah kebudayaan Banten, diselingi penampilan seni debus serta pemutaran film karya pemuda Banten setelah Magrib. Malam harinya akan digelar ritual adat yang dipimpin oleh Jaro Warga, menggantikan Jaro Tanggungan 12 yang biasa memimpin ritual.
Yang menarik, untuk pertama kalinya, ritual mandi peserta Baduy dialihkan ke Pancuran Mas, bukan lagi ke Sungai Cibanten. Hal ini berdasarkan kesepakatan dengan para tetua adat, yang menyebut bahwa hulunya memang berada di Pancuran Mas.
Acara juga diramaikan dengan permintaan warga Baduy untuk menonton film klasik masa lalu. Gubernur Andra Soni menyetujui permintaan tersebut, dan akan menggelar pemutaran film layar tancap di Gedung Negara setelah ritual selesai.
“Setelah itu akan ada pertunjukan wayang. Bahkan, Gubernur juga memperbolehkan warga Baduy untuk menginap di Pendopo. Kami sudah siapkan tenda-tenda untuk mereka,” ujar Lilih.
Rangkaian kegiatan akan ditutup dengan Seba Panungtung kunjungan dan ritual ke pemerintah kabupaten sebelum para peserta kembali ke kampung halaman.
Pemerintah berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang pelestarian budaya serta media promosi potensi kearifan lokal Banten.
“Ini warisan budaya milik kita semua. Harus kita jaga, kembangkan, dan perkenalkan ke masyarakat luas, termasuk ke luar daerah,” tutupnya.
(Yuyi Rohmatunisa)
Komentar