Kota Serang, Kemajuanrakyat.id-Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, M.Pd, menegaskan pentingnya integrasi antara pendidikan, nilai-nilai agama dan ideologi kebangsaan sebagai jawaban atas tantangan zaman yang semakin kompleks.
Prof. Wawan menyampaikan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan multidimensi, mulai dari derasnya arus digitalisasi, krisis identitas, hingga meningkatnya intoleransi dan degradasi moral. Oleh karena itu, menurutnya, integrasi ketiga pilar bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
“Kita tidak hanya butuh generasi yang cerdas secara akademis, tetapi juga yang berkarakter, beriman dan memiliki semangat kebangsaan yang kuat,” ujar Prof. Wawan. Senin, (30/6/2025).
Menurutnya, pendidikan harus menjadi alat transformasi, tidak sekadar sebagai wahana transfer pengetahuan. Ia menekankan perlunya kurikulum holistik yang tak hanya mengejar capaian akademik, tetapi juga membentuk empati, etos kerja dan semangat kebangsaan.
“Guru harus menjadi inspirator moral, bukan hanya pengajar. Sekolah seharusnya menjadi ruang dialektika, bukan tempat menanamkan dogma,” tambahnya.
Ia menilai bahwa agama memiliki peran sentral dalam membentuk kerangka moral dan spiritual masyarakat. Di tengah derasnya arus globalisasi dan liberalisasi budaya, nilai-nilai agama menjadi penuntun yang membentuk integritas pribadi dan sosial.
“Agama harus menjadi pemandu, bukan alat politik. Ia mengajarkan kejujuran, keadilan dan tanggung jawab sosial,” tegasnya.
Sementara itu, dalam konteks ideologi kebangsaan Prof. Wawan mengingatkan bahwa Pancasila adalah fondasi utama dalam menjaga keutuhan bangsa. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sejak dini dianggapnya penting untuk menangkal pengaruh ideologi transnasional yang dapat menggerus rasa nasionalisme.
“Pancasila adalah kompas ideologis kita. Ia menyatukan keberagaman dan memperkuat semangat gotong royong,” ujarnya.
Ia mengusulkan beberapa strategi konkret yang dapat dijalankan oleh pemangku kebijakan dan masyarakat luas, antara lain:
1. Kurikulum Terpadu Penggabungan nilai-nilai karakter, agama, dan kebangsaan dalam seluruh mata pelajaran.
2. Peran Keluarga dan Komunitas Menjadikan keluarga sebagai “madrasah pertama” dalam pembentukan nilai-nilai dasar.
3. Literasi Digital Bermoral Mendorong penggunaan teknologi informasi secara bijak untuk memperkuat identitas kebangsaan.
4. Dialog Antariman dan Antarbudaya Meningkatkan toleransi melalui interaksi lintas komunitas.
Selain itu juga, menekankan bahwa pembangunan bangsa yang berkelanjutan hanya dapat dicapai bila bertumpu pada nilai-nilai luhur.
“Tantangan zaman tidak cukup dihadapi dengan solusi teknokratis. Kita butuh generasi berakhlak, berwawasan global dan berjiwa nasionalis. Inilah investasi jangka panjang menuju Indonesia yang tangguh, inklusif dan bermartabat,” pungkasnya.
( Yuyi Rohmatunisa)
Komentar