oleh

Menembus Stigma, Ribka Tjiptaning Teguh Membela Kaum Kecil

Jakarta– kemajuanrakyat.id-Dalam pusaran sejarah panjang negeri ini, sosok Dr. (HC).dr. Ribka Tjiptaning Proletariyati, A.Ak., bersinar sebagai perempuan tangguh yang menembus stigma dan batas perjuangan. Lahir pada 1 Juli 1959 di Yogyakarta, Ribka tak hanya dikenal sebagai dokter dan politisi, tetapi juga sebagai simbol keberanian perempuan yang bangkit dari luka masa silam untuk membela kepentingan rakyat kecil.

“Perjuangan itu dimulai dari pengalaman hidup yang paling pahit sekalipun,” tuturnya. Jum’at, (24/10/2025).

Ribka lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, Raden Mas Soeripto Tjondro Saputro, adalah pengusaha sukses sekaligus aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI), keturunan Kasunanan Surakarta (Pakubuwono) dan pemilik lima pabrik besar di Solo. Ibunya, Bandoro Raden Ayu Lastri Suyati, berasal dari garis keturunan Kraton Yogyakarta. Dengan latar belakang bangsawan sekaligus intelektual, masa kecil Ribka sempat bergelimang kemewahan hingga sejarah berkata lain.

Tragedi besar menghampiri keluarganya saat Gerakan 30 September 1965 meletus. “Ayah saya menghilang tanpa jejak dan ibu saya ditangkap aparat militer,” ungkapnya. Dalam usia belia, Ribka menyaksikan secara langsung bagaimana kekuasaan dapat merenggut segalanya keluarga, harta, dan kehormatan. Dari tragedi itu, lahirlah jiwa perlawanan dan empati yang kelak menjadi fondasi perjuangannya di dunia politik.

Meski tumbuh dalam bayang-bayang stigma “anak eks-PKI”, Ribka tak menyerah. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan melanjutkan studi di Universitas Indonesia (UI). Gelar dokter baginya bukan hanya pencapaian akademik, tetapi juga senjata untuk membela mereka yang terpinggirkan. “Menjadi dokter artinya menjadi pelayan rakyat,” tegasnya.

Langkah politik Ribka dimulai ketika bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang dikenal berpihak pada kaum kecil. Sejak 2004, Ribka dipercaya duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), mewakili daerah pemilihan Jawa Barat III dan IV (Kabupaten serta Kota Sukabumi).

Puncak pengabdiannya terjadi pada periode 2009–2014, saat ia menjabat Ketua Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan. Dengan gaya bicara lugas dan tegas, Ribka dikenal sebagai “dokter rakyat” yang tak gentar bersuara untuk buruh, tenaga medis, dan masyarakat kecil. “Kesehatan rakyat adalah harga mati bagi negara ini,” tandasnya.

Namun, jalan perjuangannya tak selalu mulus. Ia sempat terseret kontroversi ketika Badan Kehormatan DPR melarangnya memimpin rapat terkait hilangnya Ayat (2) Pasal 113 dalam RUU Kesehatan tahun 2009. Isu ini bahkan memicu penolakan publik saat namanya digadang menjadi calon Menteri Kesehatan dalam Kabinet Joko Widodo – Jusuf Kalla.

Meski badai politik mengguncang, Ribka tetap berdiri tegak. Hingga 2024, ia melanjutkan pengabdiannya sebagai anggota DPR, menjadikannya salah satu politisi perempuan paling konsisten dalam memperjuangkan kepentingan rakyat bawah.

“Saya berdiri disini bukan untuk diri sendiri, tapi untuk rakyat kecil yang suaranya sering tak terdengar,” ungkapnya.

Ribka Tjiptaning bukan hanya seorang dokter dan politisi. Ia adalah simbol keteguhan hati, bukti bahwa dari abu kehancuran bisa tumbuh api perjuangan yang menyala untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed