Serang – kemajuanrakyat.id-Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Serang, H. Uesul Qurni, SH, MH, angkat bicara menyusul insiden ambruknya bangunan pondok pesantren di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menelan korban jiwa. Ia menilai, kejadian tersebut menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama dalam pembangunan fisik pondok pesantren.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Banyak pondok pesantren dibangun secara swadaya, baik oleh santri maupun para kiai, dengan keterbatasan anggaran dan tanpa perhitungan teknis yang memadai,” ujar Uesul Qurni kepada wartawan di Serang, Kamis (16/10/2025).
Ia menjelaskan, sebagian besar pembangunan pondok pesantren tidak mendapat dukungan anggaran dari pemerintah, sehingga seringkali hanya mengandalkan tukang bangunan tanpa latar belakang konstruksi yang mumpuni.
“Kita sedang melakukan pendataan pondok pesantren secara nasional, sebagai langkah antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang. Ke depan, akan ada standarisasi bangunan pesantren, khususnya yang bertingkat,” ungkapnya.
Menurut Uesul, bangunan tradisional seperti pesantren salafi yang masih menggunakan bahan bambu juga perlu mendapat perhatian. Ia mengimbau para pemilik pesantren tidak sembarangan mempercayakan pembangunan kepada tukang yang tidak memiliki Surat Keterangan Tukang (SKT).
“Jangan serahkan semua kepada tukang yang tidak berpengalaman. Harus ada SKT. Pemerintah daerah juga perlu ikut berdiskusi terkait bagaimana standarisasi bangunan pondok pesantren di wilayahnya,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya kepatuhan terhadap aturan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Menurutnya, membangun tidak cukup hanya dengan doa, tapi harus disertai dengan usaha dan perencanaan yang matang.
“Doa harus diimbangi dengan usaha. Seperti mau terbang, tidak cukup dengan doa saja, tapi harus beli tiket,” ujarnya menutup pernyataan.
( Bayu Sukma Kelana)
Komentar