oleh

Bak Iping, Bangsa Kita Sedang Lupa Diri

Kota Serang– kemajuanrakyat.id-Seuseupuh Tionghoa Royal Serang, Liem Oi Ping atau yang akrab disapa Bak Iping, menyampaikan pandangan kritisnya mengenai kondisi bangsa Indonesia saat ini. Ia menyoroti persoalan literasi, pertanian, kepemimpinan, hingga tantangan moral yang dihadapi masyarakat.

“Dulu, orang sebelum berangkat kerja baca koran. Sekarang literasi menurun karena orang lebih memilih konten digital yang dangkal,” ujar Bak Iping prihatin. Menurutnya, diskusi dan pemahaman terhadap isu-isu penting kian memudar karena budaya membaca yang semakin ditinggalkan.

Ia kemudian menyoroti semangat anak muda yang menurutnya mulai pudar dalam membangun bangsa. Menurutnya, bangsa – bangsa maju seperti Israel dan Tiongkok bisa menjadi kuat karena rakyatnya tangguh dan berpendidikan.

“Israel itu cuma dua persen wilayah Arab, tapi mereka kuat karena cerdas. Cina bisa menguasai banyak wilayah karena mental mereka tahan banting,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (9/9/2025).

Ia menyinggung juga tentang potensi Indonesia yang besar, terutama dalam sektor lahan dan pertanian. Namun sayangnya, lahan luas itu tidak dimanfaatkan dengan baik. “Indonesia punya 200 juta hektar lahan, tapi yang dihuni baru 50 juta hektar. Sisanya dibiarkan. Bahkan hutan di Banten saja lebih banyak dikuasai babi hutan daripada petani,” ungkapnya.

Bak Iping mencontohkan betapa lemahnya etos kerja sebagian masyarakat. Ia menyampaikan analogi tentang tiga anak muda yang diberi lahan oleh orang tuanya namun berbeda cara dalam mengelolanya. Salah satu dari mereka hanya berharap keajaiban dari Tuhan tanpa usaha. “Kalau hanya berharap Tuhan bisa ubah alang-alang jadi padi, itu sesat. Tuhan tidak akan ubah nasib seseorang, kalau kita sendiri tidak mau berubah,” tegasnya.

Dalam pandangannya, pertanian dan ekonomi rakyat kecil tidak akan maju tanpa dukungan sistem yang adil. “Kalau rakyat miskin diajak menanam tanpa diberi pupuk dan dibayar setelah panen, bagaimana bisa bertahan tiga bulan tanpa makan? Keringat mereka harus dibayar setelah bekerja, bukan ditunda-tunda,” ucapnya.

Ia juga menyoroti ketimpangan perlakuan terhadap pengusaha besar. Menurutnya, banyak orang tak peduli bagaimana pengusaha harus berjuang membayar karyawan, pajak, dan hutang. Sementara dianggap sebagai penyebab kesenjangan.

“Orang kaya bisa memberi makan ribuan keluarga, tapi siapa yang peduli kalau mereka punya hutang ke bank dan pajak?” katanya.

Menyentil dunia politik, Bak Iping menyoroti kebiasaan masyarakat yang mudah mencaci pemimpin, baik saat menjabat maupun setelah lengser. Ia mengingatkan bahwa dalam sistem demokrasi dan kepercayaan kepada Tuhan, tidak seharusnya rakyat membenci pemimpinnya.

“Kalau kita benci pemimpin yang dipilih Tuhan, berarti kita juga menolak campur tangan Tuhan,” ujarnya.

Ia juga mengkritik sistem rekrutmen pejabat negara yang kerap diributkan soal ijazah palsu dan saling menjatuhkan. “Semua ikut tepuk tangan saat ada berita buruk, seolah lupa bahwa membangun bangsa butuh kerja sama, bukan saling hujat,” tambahnya.

Terakhir, ia menyampaikan bahwa perubahan tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. “Jokowi mungkin pintar berselancar di ombak besar, tapi negara ini terlalu luas. Tak bisa diselamatkan hanya oleh satu presiden, semua rakyat harus terlibat,” pungkasnya.

Bak Iping menegaskan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami “lupa diri”, terlalu banyak menyalahkan pemerintah tanpa berkaca pada diri sendiri.

“Yang ingin jadi PNS nyogok, yang mau kerja ke luar negeri juga nyogok, polisi tahu tapi diam. Ini racun dalam sistem,” ujarnya tajam.

Meski demikian, ia masih menyimpan harapan. Menurutnya, bangsa ini masih bisa berubah asal masyarakatnya bersatu, punya nurani, dan kembali menegakkan nilai-nilai moral dan kerja keras.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed