Serang, Kemajuanrakyat.id-Ketua DPW Badak Banten Siprandani menyatakan, jangan menganggap sepele potensi korupsi di pengadaan Seragam Sekolah. Jika perorangan, hanya sekitar Rp1,5-2,5 juta per siswa. Tapi keseluruhan mencapai Rp153,2 miliar.
“Duit segede Rp153,2 miliar itu bukan kecil loh. Bandingkan dengan dana BOS untuk murid baru tersebut, hanya mencapai Rp122,59 miliar. Gedean duit seragam timbang dana BOS,” kata Ketua DPW Badak Banten Siprandani.
Perhitungan Potensi Korupsi
Asumsi
Jumlah Murid Baru: 76.623 orang
Nilai Jual Seragam: Rp1,5-Rp2,5 juta per orang
Harga Beli dari Pihak Ketiga:
1 Putih Abu-Abu Rp140.000
2 Abu-Abu Rp140.000
3 Pramuka Rp140.000
4 Olah Raga Rp85.000
5 Khas Sekolah Rp70.000
Total paket seragam Rp575.000
Maka total Potensi Korupsi Seragam Sekolah di Banten = 76.623 x Rp2 juta = Rp153.246.000.000 atau Rp153,2 miliar.
Sedangkan dugaan kerugian masyarakat sebesar = Rp153.246.000.000 – harga dari Pihak Ketiga
= Rp153.246.000 – (76.623 x Rp575.000)
= Rp153.246.000 – Rp44.058.225.000
= Rp109.187.775.000
Atau Rp109,18 miliar.
“Ini benar-benar duit rakyat langsung diduga dikorupsi berjamaah oleh pengelola SMA/SMK Negeri di Banten. Ini APH kemana yah? Kok duit rakyat tidak dijagain?,” tamya Siprandani.
Sedangkan untuk menghitung dugaan korupai tiap SMA/SMK Negeri, tinggal disesuaikan dengan jumlah murid barunya. Misalkan SMKN Kragilan yang punya 504 murid baru. Dengan nilai jual paket Seragam Sekolah sebesar Rp2 juta per murid baru.
Potensi Korupsi = 504 x Rp2 juta = Rp1.008.000.000
Asumsi Harga Pihak Ketiga = 504 x Rp575.000 = Rp289.800.000
Maka dugaan Korupsi Seragam Sekolah di SMKN Kragilan sebesar = Rp1.008.000.000 – Rp289.800.000
= Rp718.200.000
“Coba tanya ke toko-toko baju, emang bisa untung, ini untung yah, bukan omzet. Untung dalam sebulan sampai Rp718 juta? Enggak ada toko bisa untung sebesar itu,” ujar Siprandani.
“Yang bikin kesel tuh, itu tuh. Pak Wagub yang mengaum kayak singa bakal menindak Seragam Sekolah. Sekarang diam saja. Pak Wagub, pak Wagub, potensi korupsi seragam sekolah itu Rp153,2 miliar. Kok sekarang diam aja. Aya meureun,” canda Siprandani. (G)
Komentar